Monday, July 25, 2022

Trying again to create a blog that still exists in 2022


 

Apakah "Blog" atau "Blogging" masih eksis di 2022 ini?


Itulah pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benak ini tadi sore sepulang kerja.


Sehabis dinner, barulah saya mulai iseng-iseng googling blog lama saya (O iya....!!! Beberapa tahun lalu saya pernah membuat beberapa blog).....eh ternyata ...blog ini masih aktif.....jadi penasaran login ...and jreeeng....mendaratlah saya di post ini.


Kembali ke blog, yup, menurut Om Google, ternyata ada banyak yang bilang masih eksis dengan berbagai tujuannya.


Dari pemuncak hasil googling ini didapatilah sebuah blog dari Neal Schaffer dengan judul "Are Blog Still Relevant in 2022?"  dan alhasil menurutnya ...MASIH!!!...


Agak tidak percaya, saya telusuri artikel tadi dan tenyata emang masih, tapi memang beradaptasi.


Setelahnya, saya termenung bagaimana dengan blog ini? 


Awalnya seingat saya blog ini dibuat dengan niatan untuk sekedar menjajal dan mencoba berbagi berbagai informasi dan pengetahuan dengan pendekatan Holistic, sederhananya mencoba berbagi berbagai hal namun tidak dibatasi sesuai dengan dengan insight blog ini "Exploring The Shoreless Of The Earth with Humility In His Divinity" (agak tertegun ketika mengetik ini...hehehe....)


Insight blog ini masih bisa relevan, hanya bagaimana adaptasi yang harus dilakukan untuk sekarang. Terakhir posting di tahun 2017 lampau....hahahhaa....


Namun yang jadi pendorong utama untuk mencoba lagi blogging adalah semata insight blog ini menurut saya sendiri masih relevan.


Sooo...wait next all, I'll be back soon.... btw foto anak saya masih relevan juga walau sekarang sudah tidak seimut itu lagi...:)







Sunday, November 19, 2017

The Man Behind Upnormal Cafe


*Bos Warung Upnormal Rex Marindo: Kaya, Terkenal, So What…?*
Hari minggu lalu saya ketemu Rex Marindo, salah satu bos Warung Upnormal Grup (nama asli grupnya si Cita Rasa Prima Indonesia Berjaya).
Ini sudah pertemuan saya yang kesekian kali. Selalu menyenangkan mendengar cerita dia jatuh bangun mendirikan bisnisnya, apalagi sambil “ditraktir” kopi di kafenya yang baru, Upnomal Coffee Roaster, Jl Wahid Hasyim, Jakarta.
Selalu ada yang baru di ceritanya.
Dia lulusan Universitas Parahyangan Bandung, menekuni dunia marketing, yang kini menjadi Direktur Pemasaran Cira Rasa Prima Group.
Dia seperti Midas dalam mitologi Yunani. Seolah apa pun yang disentuhnya menjadi emas.
Namanya menjadi buah bibir para praktisi pemasaran. "Bagaimana dia bisa membuat branding keren dari sebuah produk sederhana seperti Indomie dan dijual lebih valuable sesuai kantong anak kafe lewat Upnormal," begitu kata banyak orang
Memulai bisnis kuliner di 2013 (sebelumnya menjadi konsultan marketing) dengan membuat Nasi Goreng Mafia  bersama teman-temannya seperti Danis Puntoadi, Stefi Kurniadi, Sarita Sutedja dan beberapa orang di Bandung.
Dengan modal Rp 100 juta saja (Rp 60 jutanya untuk sewa tempat di Jl Dipatiukur), dia nekat meninggalkan bisnis konsultan pemasaran dan banting setir menjadi tukang nasi goreng. Nasi Goreng Rempah Mafia namanya.
Dari Merek Jatuh ke Hati
Warung Nasi Goreng Rempah Mafia itu booming dan dalam waktu singkat sempat menjadi 28 cabang.
Lalu 2014 mendirikan Bakso Boedjangan yang sekarang sudah menjadi 25 cabang.  Setahun kemudian, 2015 Rex dkk meluncurkan  Warung Upnormal.
Akhir tahun ini, jumlah cabang Warung Upnormal akan menjadi 80 cabang. Satu cabang Warung Upnormal biaya franchisenya bisa mencapai lebih dari Rp 4 miliar.
Hanya empat tahun, Rex dan teman-temannya di CRP punya 80 cabang Upnormal, 25 cabang Bakso Boedjangan, 12 cabang Nasi Goreng Mafia, dan 6 restoran Sambal Karmila.
Saat di sebuah pelatihan Endeavour Global di Malaysia dia ditanya, “Setelah Anda kaya, Anda terkenal setiap ketemu orang, orang mengajak selfie, lalu so what?” tanya seorang mentor. Rex seperti terkesiap. “Iya buat apa,” katanya dalam hati.
Rex punya jawaban tapi mulutnya tercekat. Dia melihat dirinya sendiri. Dia beda dengan OKB (orang kaya baru) yang berubah saat bisnisnya meledak.
Harta OKB kerap dihabiskan untuk barang-barang konsumsi seperti baju mahal, jam tangan Rolex yang harganya ratusan juta sampai puluhan miliar rupiah, mobil mewah dan lain-lain. Rex tidak.
Dia ingat saat pertama kali sukses membuka bisnis kuliner. Lelaki kelahiran Palembang itu menahan diri membeli mobil dan tetap memakai motor. Uang yang didapat dia tanamkan kembali untuk membuka lebih banyak resto cabang
Rex dulu dan Rex sekarang tak ada beda, begitu kata teman-temannya. Ke mana-mana dia tak butuh memakai baju mahal.
"Baju kebesarannya" adalah  kaos hitam kaos hitam Upnormal bertulisan “Kopi untuk Indonesia”. “Semakin banyak cabang resto baru dibuka, kaos saya seperti ini semakin banyak. Saya punya kaos selusin kayak begini.”
Tak ada secuil arloji di tangannya. Celana jeans dan sepatu olahraganya juga sepatu kebanyakan orang, seperti New Balance, Adidas atau sebangsanya.
Orang pun tak tahu apakah sepatunya original atau sepatu KW-1?
“Iya jadi buat apa semua (kekayaan dan ketenarannya) ini?” kata Rex menirukan mentornya. Rex punya jawabannya. “Ini semua untuk ibadah. Bisa menjadi kran (penyalur) rezeki bagi 3.500 karyawan itu membahagiakan.”
“Kita semuanya ini sedang deal dengan The Greatest Investor: God! Jadi itu yang membuat saya tetap bersemangat.”
Semoga kita bisa belajar dari Rex Marindo dkk. Untuk apa kita mengejar semua ini—apalagi dengan menghalalkan segala cara?
Ya, segelas kopi dan obrolan dengan Rex di sebuah diskusi, telah menyadarkan semua ini fana dan akhirnya berpulang kepada The Greatest Investor.
Jakarta, 24 September 2017
Burhan Sholihin, penggemar kopi dan dotcomer
(FB/IG/Twitter: @burhans)

Sunday, November 5, 2017

Kereta Disrupsi Telah Tiba...

Di tengah perjalanan dengan KA Agro Wilis dari Yogyakarta menuju Bandung, terlintas sekali lagi dalam benak kata "Disrupsi".
Kata ini dipopulerkan oleh Guru Manajemen Indonesia Prof Rhenald Kasali dari Universitas Indonesia.
Era Disrupsi adalah sebuah era yang didalamnya terjadi perubahan yang sifatnya sungguh melahirkan sesuatu yang sama sekali baru baik itu dari struktur, sistem dan outputnya. Itu hasil dari pemahaman saya dari berbagai informasi yang didapatkan sampai saat saya menulis di sini.
Disrupsi ada kemiripan dengan evolusi, revolusi, reformasi, bahkan transformasi, terutama dalam satu kata utuh yang kita kenal, perubahan.
Lantas apa yang membedakan dengan yang lainnya?
Sejauh pemahaman saya yang membedakan disrupsi dengan yang lainnya adalah adanya agile development system dalam paradigma pengembangan sebuah software. Yap, it's an IT development impact....
Lahirnya konsep kerja development yang agile inilah yang memicu kelahiran android system dan seluruh apk nya....
Juga memicu kelahiran vertical agriculture system...one stop service appilcation...dan lainnya...
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri definisi disrupsi adalah tercabut dari akarnya...jika dibahas lebih lanjut ini berarti dari tempat yang sama bisa sama sekali tidak akan tumbuh apa pun lagi selain tanah, bisa tumbuh sesuatu dimana sesuatu yang baru itu bisa tumbuhan yang sama atau berbeda sama sekali...
Makanya dibilang era disrupsi itu badai karena benar-benar bisa meluluhlantakkan habis sesuatu yang telah ada atau eksis...namun bagi yang positif dengan hal ini sungguh merupakan suatu DNA dari sebuah era baru yang memberikan adrenalin baru untuk berkreasi (sebuah bluechip company nasional menyebut disrupsi adalah kreasi baru) ....
Dan menurut Prof Rhenald Kasali juga setelah menyaksikan tayangan Nat Geo "Earth 2050", esok hari itu sekarang ...The Future is Now...mungkin ini juga yang melatarbelakangi jargon yang lagi populer-populernya - "...jaman Now"....
Bagi saya, tersisa pertanyaan setelah esok hari adalah sekarang...what's next after the future....setelah kereta evolusi lewat, kereta revolusi berlalu, kereta reformasi pergi, kereta transformasi berkelebat, dan kereta disrupsi tiba...
Dan saya lihat dipangkuan kursi empuk kereta ini anak saya tertidur nyenyak sambil memeluk ultraman zero dan seven tercintanya....

Saturday, November 4, 2017

The Ambience of Tentrem Resort -Yogyakarta

 

Setelah sekian lama blog yang saya desain dari awal ini karena migrasi ke wordpress, saya putuskan blog yang saya desain awalnya untuk menumpahkan segala petualangan knowledge explorer, diubah menjadi blog catatan pribadi saya dan keluarga saja. Berharap nantinya bisa diteruskan oleh anak-anak saya menjadi sebuah catatan keluarga yang bisa diteruskan turun temurun sepanjang abad...hehehe...kenapa tidak...!!! 

Nah, kali ini kita melipir ke yogyakarta, yang dulunya merupakan tempat istri saya, Santy Setiawan menyelesaikan studi program magister sains akuntansinya di UGM. Kali ini pun kita ke sini dalam rangka menunaikan kewajiban akademis dia yang harus presentasi karya ilmiahnya dalam sebuah forum seminar nasional yang diselenggarakan oleh ACFE, sebuah institusi internasional untuk audit keuangan.

Dan sekaligus juga menjadi sebuah short escape buat kami sekeluarga. Alhasil saya sendiri kali ini benar-benar menjadi pelancong murni bersama anak-anak tercinta.

Usul dari istri untuk bermalam, kita coba hotel Tentrem yang katanya bagus dan pernah dikunjungi oleh Barack Obama sewaktu melawat ke Indonesia, beliau adalah Presiden USA yang pernah dibesarkan di Indonesia.

Ambience yang unik begitu memasuki hotel ini memang langsung terasa. Aroma herbal dan jejamuan langsung menyambut kami di lobby dan saat check in kita ditawari welcome drink unik...minuman beras kencur dan kunyit asam...belum pernah di hotel lain ada yang begini..(hotel ini memang salah satu anak perusahaan Sido Muncul produsen jejamuan Indonesia)

Selain itu keunikan lainnya selain desain interior yang cukup...elegan..untuk ukuran Yogyakarta, baru kali ini kita melihat ada Kids Play Area Indoor yang cukup besar dalam sebuah hotel mandiri. Alhasil ini bikin anak-anak makin susah diajak jalan keluar...hahaha...
Berikut beberapa snapshot nya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...